FOOD TERMINOLOGI

FOOD TERMINOLOGI


1. BROWNIES 

Hasil gambar untuk brownies


Brownies pertama kali muncul di hadapan publik pada tahun 1893. Saat itu digelar sebuah acara berupa pameran yang bertajuk Columbian Exposition yang diselenggarakan salah satu kota besar di Amerika, Chicago, Illinois. Pada saat itu seorang koki dari Hotel Palmer House membuat suatu inovasi kue setelah sang pemilik hotel Bertha Palmer memintanya untuk menghidangkan makanan penutup untuknya dan para perempuan yang hadir pada pameran tersebut. Sang koki diminta untuk membuat kue yang lain daripada yg lain dipotong kecil-kecil agar mudah dimakan.
Sungguh sangat sulit untuk memastikan asal mula kue brownies ini, konon dari banyaknya cerita yang beredar, kue brownies berawal dari seorang koki yang lupa memasukkan bahan kue pengembang yang disebut baking powder dalam resep adonan kue bolu coklatnya. Sehingga alhasil setelah kue bolu tersebut dipanggang tidak mengembang seperti halnya kue-kue bolu yang biasa dia buat. Tekstur kue bolu coklat yang harusnya lembut, tebal, dan banyak berpori, menjadi bantat, padat dan sedikit basah.
Adapun cerita lainnya tentang asal mula brownies adalah diceritakan seorang pemuda pengusaha kue yang mengalami krisis keuangan dan hampir membuat usahanya gulung tikar. Dia punya seorang karyawan yang masih temannya sendiri yang setiap pagi akan menjualkan kue-kue buatannya. Pada suatu hari dengan modal terakhir yang dia miliki, pemuda pengusaha kue tersebut membeli bahan-bahan untuk membuat kue coklat.
Hampir semalam suntuk dia berusaha keras membuat kue coklat lezat seperti yang tertera pada resep kue coklat. Pekerjaannya baru selesai saat fajar tiba. Namun alangkah kecewanya pemuda tersebut setelah melihat hasil kue coklatnya yang jauh berbeda dari yang terdapat pada buku panduan resep kue coklat. Modal terakhir yang dia punya pun telah habis untuk bahan-bahan kue coklat tersebut
Seperti biasanya pada pagi harinya sang karyawan datang mengambil kue hasil buatan majikannya tersebut. Tanpa bertanya karena melihat sang majikan tengah tertidur lelap akibat kelelahan membuat kue semalaman, dia mengambil kue-kue coklat tersebut dan menjualnya pada para pelanggan kue sang majikan. Para pelanggan sangat menikmati kue coklat itu dan kembali memesan untuk keesokan harinya, mereka mengira kue itu resep baru dari si pemuda tersebut. Dengan banyaknya pesanan kue coklat yang dikira gagal itu sang pemuda selamat dari gulung tikar.
Resep awal brownies adalah berupa tepung, mentega, gula, telur, coklat yang telah dilelehkan, serta kacang almond. Hal ini menjadi satu hal yang pasti bahwa resep dasar brownies tidak pernah berubah sejak ratusan tahun lalu. Pada saat ini brownies telah mengalami banyak modifikasi dengan beragam aneka rasa tambahan seperti brownies keju, brownies pisang, blueberry, strawberry, kacang-kacangan, kopi, dan masih banyak lagi variasi brownies lainnya. Begitu pula dengan cara proses pembuatannya yang tidak hanya dipanggang, namun dapat pula dengan proses pengukusan yang dikenal dengan nama brownies kukus.
Pada tahun 1904 resep brownies pertama kali muncul dalam buku memasak Home Cookery yang disebut Service Club Cook Book, dan pada tahun 1905 pada buku resep The Boston Globe serta pada tahun 1906 dalam buku resep The Boston Cooking School Cook Book yang ditulis oleh Fannie Merritt Farmer. Resep Fannie Merritt Farmer ini menghasilkan panganan yang relatif ringan dan seperti kue. Namun resep tersebut adalah resep untuk molasse, sebuah kue yang dipanggang dan jauh dari apa yang kita kenal sebagai brownies sekarang ini. Beberapa berpendapat kue ini mungkin berasal dari adonan kue coklat yang tidak diberi baking powder secara tidak sengaja sehingga kue coklat menjadi bantat.
Resep yang kedua muncul pada tahun 1907 dalam buku panduan memasak Lowney's Cook Book, yang ditulis oleh Maria Willett Howard dan diterbitkan oleh Walter M. Lowney Company di Boston, Massachusetts. Resep ini menambahkan lebih banyak telur dan cokelat batangan pada resep awal Fannie Merritt Farmer di atas, dan menghasilkan brownies yang kaya rasa dan manis. Resep ini dinamakan Bangor Brownies, hal ini mungkin karena resep tersebut diciptakan oleh seorang wanita di Bangor, Maine. Bangor Brownies ini kemudian menjadi salah satu snack dan camilan yang sangat digemari pada beberapa tahun kemudian dan begitu populer di Amerika Utara hingga akhirnya menyebar pula ke daratan Eropa.
sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Brownies 

 2. HAMBURGER

Hasil gambar untuk hamburger

Hamburger (atau seringkali disebut dengan burger) adalah sejenis makanan berupa roti berbentuk bundar yang diiris dua dan ditengahnya diisi dengan patty yang biasanya di ambil dari daging, kemudian sayur-sayuran berupa selada, tomat dan bawang bombay. Sebagai sausnya, burger diberi berbagai jenis saus seperti mayones, saus tomat dan sambal serta mustard. Beberapa varian burger juga dilengkapi dengan keju, asinan, serta bahan pelengkap lain seperti sosis dan ham.
Banyak orang keliru dan mengira bahwa nama Hamburger berasal dari kata "Ham", namun sebenarnya namanya berasal dari kota Hamburg di Jerman, tempat makanan ini berasal. Dari kota kedua terbesar di Jerman ini banyak penduduknya yang beremigrasi ke Amerika dan menyebarkan pembuatan burger ke sana. Hanyalah sebuah kebetulan bahwa kata "ham" yang dalam bahasa Inggris berarti daging asap memiliki bunyi yang hampir serupa dengan Hamburger, faktanya hamburger tidak mengandung Ham (meskipun ada juga restoran yang menambahkan irisan Ham pada burger mereka untuk menambah cita rasa).
Jadi secara harafiah dapat disimpulkan bahwa arti kata Hamburger berarti "makanan yang berasal dari Hamburg" dan bukan berarti "makanan yang mengandung Ham". Namun pada praktiknya burger atau hamburger lebih sering diartikan sebagai sandwich atau jenis roti isi lainnya yang berbentuk bulat. Dalam masyarakat kata burger sudah lebih melekat sebagai jenis makanannya daripada asal muasal dan pencipta dari burger.
Ada beberapa versi dari sejarah penciptaan burger, penganan ini awalnya adalah makanan khas bangsa Tartar, yaitu berupa daging cincang yang disantap mentah-mentah dengan perasan jeruk. Bangsa Tartar merupakan bangsa nomaden yang sering melakukan perjalanan jauh menunggang kuda, sehingga daging yang mereka bawa sering menjadi keras dan tak layak konsumsi, maka merekapun mengakalinya dengan meletakkan daging di bawah sadel kuda mereka. setelah melakukan perjalanan jauh ternyata daging tersebut masih hangat dan tidak menjadi dingin, maka daging tersebut langsung disantap dengan tanpa dimasak dan hanya diberi sedikit perasan jeruk nipis.
Hidangan yang terkenal lezat dari Asia Tengah ini kemudian dibawa oleh para pelaut Eropa ke negaranya, tepatnya ke kota Hamburg karena masyarakat di sana pada umumnya mengganggap bahwa mereka adalah bangsa yang beradab, mereka menolak memakan daging yang tak dimasak, maka daging khas Tartar tersebut mereka masak terlebih dahulu sebelum disantap dengan cara dibakar atau digoreng, ternyata masakan ini sangat disukai berbagai orang. Sampai saat ini sebagian orang tetap lebih menyenangi menyantapnya mentah-mentah. Inilah asal mula daging burger.
Ada beberapa pengusaha Indonesia yang mengusahakan pembuatan burger lokal khas Indonesia yang lebih akrab dengan lidah masyarakat kita, di antaranya adalah Blenger Burger dengan menu andalan Cheese Burger mereka, selain itu juga ada Klenger Burger, dan Edam Burger yang sukses menembus pasar Timur Tengah.
Di Indonesia juga ada variasi tempe burger yang menggunakan tempe sebagai pengganti daging pada burger, dan burger batok, sebuah burger yang dimasak dengan cara dikukus dalam batok kelapa, sehingga membuat aroma dan rasa khas yang nikmat.
sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Hamburger 

3. CHOUX

Hasil gambar untuk choux 

Pastri choux (Bahasa Inggris:Choux pastry atau Choux paste) adalah adonan yang dibuat dengan menggunakan mentega, air, tepung terigu dan telur. Selain itu, gula dan garam dapat ditambahkan ke dalam adonan tersebut. Nama adonan ini berasal dari bahasa Perancis yaitu Pâte à choux yang secara literal berarti "pasta kubis" karena bentuk akhirnya yang menyerupai kubis. Sementara itu, adonan ini sering disebut sebagai Choux paste karena teksturnya yang tidak padat seperti adonan lain tetapi bertekstur seperti pasta. Adonan ini dapat dicetak menjadi berbagai macam bentuk serta merupakan adonan dasar dari pembuatan kue sus, profiterole, croquembouche, eclair, cruller, beignet, kue St. Honoré, dan gougère. Ketika dipanggang, telur membuat adonan menjadi kopong sehingga dapat diisi dengan krim berbagai rasa.
Sejarah ditemukannya pastri choux bermula pada tahun 1533 ketika Catherine dari Medici meninggalkan kota kelahirannya di Firenze, Italia untuk menikah dengan Henri II dari Perancis. Ia membawa serta seluruh pegawai istananya termasuk para juru masaknya ke Perancis.Tujuh tahun kemudian, kepala juru masaknya yang bernama Panterelli menciptakan adonan pasta yang ia gunakan untuk membuat kue. Adonan tersebut kemudian ia namakan pâte a Panterelli. Nama tersebut tidak bertahan lama karena adonan tersebut kemudian dikenal juga sebagai pâte a Popelini dan lalu menjadi pâte a Popelin hingga akhirnya disebut sebagai pâte à choux.Marie-Antoine Carême, seorang juru masak dari Perancis, menyempurnakan resep yang diciptakan oleh Panterelli hingga menjadi resep yang digunakan oleh para juru masak saat ini.
sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Pastri_choux

 4. RENDANG

Hasil gambar untuk rendang

Rendang atau randang adalah masakan daging bercita rasa pedas yang menggunakan campuran dari berbagai bumbu dan rempah-rempah. Masakan ini dihasilkan dari proses memasak yang dipanaskan berulang-ulang dengan santan kelapa. Proses memasaknya memakan waktu berjam-jam (biasanya sekitar empat jam) hingga kering dan berwarna hitam pekat. Dalam suhu ruangan, rendang dapat bertahan hingga berminggu-minggu. Rendang yang dimasak dalam waktu yang lebih singkat dan santannya belum mengering disebut kalio, berwarna coklat terang keemasan.
Rendang dapat dijumpai di Rumah Makan Padang di seluruh dunia. Masakan ini populer di Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara lainnya, seperti Malaysia, Singapura, Brunei, Filipina, dan Thailand. Di daerah asalnya, Minangkabau, rendang disajikan di berbagai upacara adat dan perhelatan istimewa. Meskipun rendang merupakan masakan tradisional Minangkabau, masing-masing daerah di Minangkabau memiliki teknik memasak serta pilihan dan penggunaan bumbu yang berbeda.
Rendang adalah masakan yang mengandung bumbu rempah yang kaya. Selain bahan dasar daging, rendang menggunakan santan kelapa (karambia), dan campuran dari berbagai bumbu khas yang dihaluskan di antaranya cabai (lado), serai, lengkuas, kunyit, jahe, bawang putih, bawang merah dan aneka bumbu lainnya yang biasanya disebut sebagai pemasak. Keunikan rendang adalah penggunaan bumbu-bumbu alami, yang bersifat antiseptik dan membunuh bakteri patogen sehingga bersifat sebagai bahan pengawet alami. Bawang putih, bawang merah, jahe, dan lengkuas diketahui memiliki aktivitas antimikroba yang kuat. Tidak mengherankan jika rendang dapat disimpan satu minggu hingga empat minggu.
Proses memasak rendang asli dapat menghabiskan waktu berjam-jam (biasanya sekitar empat jam), karena itulah memasak rendang memerlukan waktu dan kesabaran. Potongan daging dimasak bersama bumbu dan santan dalam panas api yang tepat, diaduk pelan-pelan hingga santan dan bumbu terserap daging. Setelah mendidih, apinya dikecilkan dan terus diaduk hingga santan mengental dan menjadi kering. Memasak rendang harus sabar dan telaten ditunggui, senantiasa dengan hati-hati dibolak-balik agar santan mengering dan bumbu terserap sempurna, tanpa menghanguskan atau menghancurkan daging. Proses memasak ini dikenal dalam seni kuliner modern dengan istilah 'karamelisasi'. Karena menggunakan banyak jenis bumbu, rendang dikenal memiliki citarasa yang kompleks dan unik.
Asal usul rendang ditelusuri berasal dari Sumatera, khususnya Minangkabau. Bagi masyarakat Minang, rendang sudah ada sejak dahulu dan telah menjadi masakan tradisi yang dihidangkan dalam berbagai acara adat dan hidangan keseharian. Sebagai masakan tradisi, rendang diduga telah lahir sejak orang Minang menggelar acara adat pertamanya. Kemudian seni memasak ini berkembang ke kawasan serantau berbudaya Melayu lainnya; mulai dari Mandailing, Riau, Jambi, hingga ke negeri seberang di Negeri Sembilan yang banyak dihuni perantau asal Minangkabau. Karena itulah rendang dikenal luas baik di Sumatera dan Semenanjung Malaya.
Sejarawan Universitas Andalas, Prof. Dr. Gusti Asnan menduga, rendang telah menjadi masakan yang tersebar luas sejak orang Minang mulai merantau dan berlayar ke Malaka untuk berdagang pada awal abad ke-16. “Karena perjalanan melewati sungai dan memakan waktu lama, rendang mungkin menjadi pilihan tepat saat itu sebagai bekal.” Hal ini karena rendang kering sangat awet, tahan disimpan hingga berbulan lamanya, sehingga tepat dijadikan bekal kala merantau atau dalam perjalanan niaga.
Rendang juga disebut dalam kesusastraan Melayu klasik seperti Hikayat Amir Hamzah yang membuktikan bahwa rendang sudah dikenal dalam seni masakan Melayu sejak 1550-an (pertengahan abad ke-16). Kelahiran rendang tak luput dari pengaruh beberapa negara, misalnya bumbu-bumbu dari India yang diperoleh melalui para pedagang Gujarat, India. Karena diaduk terus-menerus, rendang identik dengan warna hitam dan tidak memiliki kuah.
Rendang kian masyhur dan tersebar luas jauh melampaui wilayah aslinya berkat budaya merantau suku Minangkabau. Orang Minang yang pergi merantau selain bekerja sebagai pegawai atau berniaga, banyak di antara mereka berwirausaha membuka Rumah Makan Padang di seantero Nusantara, bahkan meluas ke negara tetangga hingga Eropa dan Amerika. Rumah makan inilah yang memperkenalkan rendang serta hidangan Minangkabau lainnya secara meluas.
Rendang juga menjadi makanan yang disajikan khusus untuk hari raya Idul Adha. Banyaknya daging kurban membuat masyarakat Padang berlomba-lomba memasak rendang.
sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Rendang

5. KIMCHI

Hasil gambar untuk kimchi 
 
Kimchi adalah makanan tradisional Korea, salah satu jenis asinan sayur hasil fermentasi yang diberi bumbu pedas. Setelah digarami dan dicuci, sayuran dicampur dengan bumbu yang dibuat dari udang krill, kecap ikan, bawang putih, jahe dan bubuk cabai merah.
Sayuran yang paling umum dibuat kimchi adalah sawi putih dan lobak. Di zaman dulu, kimchi diucapkan sebagai chim-chae (Hangul: 침채; Hanja: 沈菜) yang berarti "sayuran yang direndam."
Di Korea, kimchi selalu dihidangkan di waktu makan sebagai salah satu jenis banchan yang paling umum. Kimchi juga digunakan sebagai bumbu sewaktu memasak sup kimchi (kimchi jjigae), nasi goreng kimchi (kimchi bokkeumbap), dan berbagai masakan lain.
Literatur tertua yang memuat tentang kimchi adalah buku puisi Tiongkok berjudul Sikyeong (hangul:시경 hanja:詩經). Pada waktu itu, kimchi disebut "Ji" sebelum nantinya dikenal sebagai "chimchae".
Asinan berwarna hijau merupakan bentuk awal kimchi sewaktu cabai belum dikenal di Korea. Setelah dicampur dengan garam, sayuran seperti kubis dimasukkan ke dalam guci tanah liat setelah diberi garam, dan dipendam di dalam tanah sebagai persediaan makanan sewaktu sayuran segar tidak tersedia di musim dingin. Orang Korea baru mengenal cabai berkat jasa pedagang Portugis dari Jepang yang datang ke Korea pada abad ke-16.
Pedagang Portugis menyebarluaskan cabai ke seluruh dunia. Kapal-kapal Portugis berlayar melewati Tanjung Harapan di Afrika hingga sampai di India pada tahun 1498. Selanjutnya, cabai asal Amerika Selatan dibawa ke Asia melalui berbagai pelabuhan di Afrika atau langsung menyeberangi Samudra Pasifik. Pada tahun 1540, pedagang Portugis sudah berdagang di Indonesia dan cabai dibawa ke Tiongkok beberapa lama kemudian. Pedagang Portugis baru sampai di Jepang dan Korea pada tahun 1549. Filipina mendapat giliran mengenal cabai pada tahun 1564 sewaktu dilewati jalur perdagangan kapal Spanyol yang membawa cabai ke kepulauan Melanesia dan kawasan Mikronesia.
Resep asinan sayuran dan labu sudah dimuat dalam buku resep terbitan tahun 1670, tetapi tidak menggunakan cabai. Di dalam catatan sejarah abad ke-17 ditulis tentang 11 jenis kimchi, sedangkan cabai sebagai bahan kimchi mungkin baru populer bertahun-tahun kemudian (menurut perkiraan 200 tahun kemudian). Sebelum abad ke-19, kimchi hanya dibuat dari sayuran asli Korea karena sawi putih kemungkinan besar tidak dikenal di Korea sampai abad ke-19.
sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Kimchi

6. SUSHI

Hasil gambar untuk sushi 

Sushi (, , atau biasanya すし, 寿司?) adalah makanan Jepang yang terdiri dari nasi yang dibentuk bersama lauk (neta) berupa makanan laut, daging, sayuran mentah atau sudah dimasak. Nasi sushi mempunyai rasa masam yang lembut karena dibumbui campuran cuka beras, garam, dan gula.
Asal usul kata sushi adalah kata sifat untuk rasa masam yang ditulis dengan huruf kanji sushi (酸し?). Pada awalnya, sushi yang ditulis dengan huruf kanji merupakan istilah untuk salah satu jenis pengawetan ikan disebut gyoshō (魚醤?) yang membaluri ikan dengan garam dapur, bubuk ragi ( koji?) atau ampas sake ( kasu?). Penulisan sushi menggunakan huruf kanji 寿司 yang dimulai pada zaman Edo periode pertengahan merupakan cara penulisan ateji (menulis dengan huruf kanji lain yang berbunyi yang sama).
Konon kebiasaan mengawetkan ikan dengan menggunakan beras dan cuka berasal dari daerah pegunungan di Asia Tenggara. Istilah sushi berasal dari bentuk tata bahasa kuno yang tidak lagi dipergunakan dalam konteks lain; secara harfiah, "sushi" berarti "itu (berasa) masam", suatu gambaran mengenai proses fermentasi dalam sejarah akar katanya. Dasar ilmiah di balik proses fermentasi ikan yang dikemas di dalam nasi ialah bahwa cuka yang dihasilkan dari fermentasi nasi menguraikan asam amino dari daging ikan. Hasilnya ialah salah satu dari lima rasa dasar, yang disebut umami dalam bahasa Jepang.  
Nigirizushi dikenal di Jepang sejak zaman Edo. Sebelum zaman Edo, sebagian besar sushi yang dikenal di Jepang adalah jenis oshizushi (sushi yang dibentuk dengan cara ditekan-tekan di dalam wadah kayu persegi). Pada zaman dulu, orang Jepang mungkin kuat makan karena sushi selalu dihidangkan dalam porsi besar. Sushi sebanyak 1 kan (1 porsi) setara dengan 9 kan (9 porsi) sushi zaman sekarang, atau kira-kira sama dengan 18 kepal sushi (360 gram). Satu porsi sushi zaman dulu yang disebut ikkanzushi mempunyai neta yang terdiri dari 9 jenis makanan laut atau lebih.
Pada zaman Edo periode akhir, di Jepang mulai dikenal bentuk awal dari nigirizushi. Namun ukuran porsi nigirizushi sudah dikurangi agar lebih mudah dinikmati. Ahli sushi bernama Hanaya Yohei menciptakan sushi jenis baru yang sekarang disebut edomaezushi. Namun ukuran sushi ciptaannya besar-besar seperti onigiri. Pada masa itu, teknik pendinginan ikan masih belum maju. Akibatnya, ikan yang diambil dari laut sekitar Jepang harus diolah lebih dulu agar tidak rusak bila dijadikan sushi.
Sampai tahun 1970-an sushi masih merupakan makanan mewah. Rakyat biasa di Jepang hanya makan sushi untuk merayakan acara-acara khusus, dan terbatas pada sushi pesan-antar. Dalam manga, sering digambarkan pegawai kantor yang pulang tengah malam ke rumah dalam keadaan mabuk. Oleh-oleh yang dibawa untuk menyogok istri yang menunggu di rumah adalah sushi. Walaupun rumah makan kaitenzushi yang pertama sudah dibuka tahun 1958 di Osaka, penyebarannya ke daerah-daerah lain di Jepang memakan waktu lama. Makan sushi sebagai acara seluruh anggota keluarga terwujud pada tahun 1980-an sejalan dengan makin meluasnya kaitenzushi.
Keberhasilan kaitenzushi mendorong perusahaan makanan untuk memperkenalkan berbagai macam bumbu sushi instan yang memudahkan ibu rumah tangga membuat sushi di rumah. chirashizushi atau temakizushi dapat dibuat dengan bumbu instan ditambah nasi, makanan laut, tamagoyaki dan nori.
sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Sushi

7. TAHU


Hasil gambar untuk tahu

Tahu adalah makanan yang dibuat dari endapan perasan biji kedelai yang mengalami koagulasi. Tahu berasal dari Tiongkok, seperti halnya kecap, tauco, bakpau, dan bakso. Nama "tahu" merupakan serapan dari bahasa Hokkian (tauhu) (Hanzi: 豆腐, hanyu pinyin: doufu), yang secara harfiah berarti "kedelai terfermentasi". Tahu telah dikenal di Tiongkok sejak zaman dinasti Han sekitar 2200 tahun lalu. Penemunya adalah Liu An (Hanzi: 劉安) yang merupakan seorang bangsawan, cucu dari Kaisar Han Gaozu, Liu Bang yang mendirikan dinasti Han.
Versi tahu yang dikenal di Jepang adalah tahu sutra (絹漉し豆腐, kinugoshi tōfu). Tahu sutra lebih lunak dan kurang tahan terhadap pengolahan lebih lanjut, sehingga biasanya dikonsumsi mentah. Tahu secara umum dibawa para perantau Cina ke seluruh penjuru dunia sehingga menyebar ke Asia Timur dan Asia Tenggara, lalu juga akhirnya ke seluruh dunia.
sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Tahu


8. SANDWICH

Hasil gambar untuk sandwich 
 
Roti lapis atau Sandwich dalam bahasa Inggris (terkadang dikenal juga dengan roti isi), adalah makanan yang biasanya terdiri dari sayuran, keju atau daging yang diiris, diletakkan di atas atau di antara irisan roti, atau lebih tepatnya makanan apapun dimana dua atau lebih potongan roti berfungsi sebagai wadah atau pembungkus untuk jenis makanan lain. Roti lapis mulai sebagai makanan jinjing portabel yang praktis di dunia Barat, meski seiring waktu telah berkembang di seluruh dunia.
Roti lapis adalah jenis makanan untuk makan siang yang populer, dibawa ke tempat kerja, sekolah, atau piknik untuk dimakan sebagai bagian dari makan siang yang dikemas. Roti bisa berupa roti polos, atau dilapisi dengan bumbu seperti mayones atau mustard, untuk meningkatkan rasa dan teksturnya. Sebagai sebuah hidangan buatan sendiri, roti lapis juga banyak dijual di restoran dan bisa disajikan panas atau dingin. Ada roti lapis gurih, seperti roti lapis daging deli, dan roti lapis manis, seperti roti lapis selai kacang dan jeli.
Nama sandwich diambil dari nama John Montagu, 4th Earl of Sandwich, seorang aristokrat Inggris abad ke-18 yang merupakan penggemar main kartu kelas berat. Earl of Sandwich IV ingin terus bermain kartu tanpa harus berhenti untuk makan, sehingga daging yang dijepit dua potong roti dijadikan makanan praktis yang bisa dimakan dengan sebelah tangan sambil bermain kartu. The Wall Street Journal telah menggambarkannya sebagai "kontribusi terbesar untuk dunia gastronomi di Inggris".
Konsep modern dari roti lapis atau sandwich menggunakan irisan roti seperti yang ditemukan di Barat bisa dibilang dapat ditelusuri ke Eropa pada abad ke-18. Namun, penggunaan semacam roti atau bahan seperti roti untuk diletakkan di bawah (atau di bawah dan di atas) beberapa makanan lain, atau digunakan untuk meraup dan mengisi atau membungkus beberapa jenis makanan lainnya, yang jauh sebelum abad kedelapan belas, dan ditemukan di berbagai budaya yang jauh lebih tua di seluruh dunia.
Salah seorang bijak dari Yahudi kuno, Hillel the Elder, mengatakan telah membungkus daging dari domba Paskah dan rempah-rempah pahit di antara dua potong roti matzah kuno yang rata dan tidak beragi - selama Paskah dengan cara bungkus modern yang dibuat dengan roti lapis datar. Roti datar dengan sedikit variasi telah lama digunakan untuk meraup atau membungkus sejumlah kecil makanan dalam perjalanan dari piring ke mulut di seluruh Asia Barat dan Afrika Utara. Dari Maroko ke Ethiopia hingga India, roti dipanggang di wadah panggangan datar, berbeda dengan tradisi roti Eropa.
Selama Abad Pertengahan di Eropa, lempengan tebal roti kasar dan biasanya basi, disebut "trencher", digunakan sebagai piring. Setelah makan, sisa makanan beserta trencher diumpankan ke seekor anjing atau diberikan untuk pengemis di meja orang kaya, dan dimakan oleh pengunjung dalam keadaan yang lebih sederhana. Prekursor kuliner langsung dengan koneksi langsung ke roti lapis Inggris dapat ditemukan di Belanda pada abad ke-17, di mana John Ray, seorang naturalis mengamati bahwa di kedai minuman anggur tergantung dari kasau "yang mereka potong menjadi irisan tipis dan dimakan dengan roti. Dan mentega yang dioles lalu irisan tadi diletakkan pada olesan mentega"- spesifikasi jelas yang mengungkapkan broodje belegde Belanda, roti lapis terbuka, belum diketahui di Inggris saat itu.
Awalnya dianggap sebagai makanan yang dibagikan para pria saat bermain game dan minum di malam hari, roti lapis perlahan mulai muncul dalam masyarakat sebagai makanan larut malam di kalangan bangsawan. Popularitasnya di Spanyol dan Inggris meningkat secara dramatis selama abad ke-19, ketika bangkitnya masyarakat industri dan kelas pekerja yang bisa membuat makanan cepat, portabel, dan harganya murah. Di London misalnya, setidaknya tujuh puluh pedagang kaki lima menjual roti lapis ham pada tahun 1850; Selama dekade ini bar sandwich (stan khusus untuk menjual roti lapis) juga menjadi bentuk penting budaya makan di Belanda barat, biasanya menyajikan roti lapis daging sapi bergaram
Pada saat bersamaan roti lapis bergaya Eropa akhirnya mulai muncul di luar Eropa. Di Amerika Serikat, roti lapis pertama kali dipromosikan sebagai makanan yang kompleks saat makan malam. Pada awal abad ke-20, saat roti menjadi makanan pokok di Amerika, roti lapis menjadi makanan populer dan popularitas yang terus meningkat seperti yang sudah meluas di Mediterania.
sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Sandwich
 
9. TEMPE

Hasil gambar untuk tempe 
 
Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti Rhizopus oligosporus, Rh. oryzae, Rh. stolonifer (kapang roti), atau Rh. arrhizus. Sediaan fermentasi ini secara umum dikenal sebagai "ragi tempe".
Kapang yang tumbuh pada kedelai menghidrolisis senyawa-senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana yang mudah dicerna oleh manusia. Tempe kaya akan serat pangan, kalsium, vitamin B dan zat besi. Berbagai macam kandungan dalam tempe mempunyai nilai obat, seperti antibiotika untuk menyembuhkan infeksi dan antioksidan pencegah penyakit degeneratif.
Secara umum, tempe berwarna putih karena pertumbuhan miselia kapang yang merekatkan biji-biji kedelai sehingga terbentuk tekstur yang memadat. Degradasi komponen-komponen kedelai pada fermentasi membuat tempe memiliki rasa dan aroma khas. Berbeda dengan tahu, tempe terasa agak masam.
Tempe banyak dikonsumsi di Indonesia, tetapi sekarang telah mendunia. Kaum vegetarian di seluruh dunia banyak yang telah menggunakan tempe sebagai pengganti daging. Akibatnya sekarang tempe diproduksi di banyak tempat di dunia, tidak hanya di Indonesia. Berbagai penelitian di sejumlah negara seperti Jerman, Jepang, dan Amerika Serikat. Indonesia juga sekarang berusaha mengembangkan galur (strain) unggul Rhizopus untuk menghasilkan tempe yang lebih cepat, berkualitas, atau memperbaiki kandungan gizi tempe. Beberapa pihak mengkhawatirkan kegiatan ini dapat mengancam keberadaan tempe sebagai bahan pangan milik umum karena galur-galur ragi tempe unggul dapat didaftarkan hak patennya sehingga penggunaannya dilindungi undang-undang (memerlukan lisensi dari pemegang hak paten).
Tidak seperti makanan kedelai tradisional lain yang biasanya berasal dari Cina atau Jepang, tempe berasal dari Indonesia. Tidak jelas kapan pembuatan tempe dimulai. Namun, makanan tradisonal ini sudah dikenal sejak berabad-abad lalu, terutama dalam tatanan budaya makan masyarakat Jawa, khususnya di Yogyakarta dan Surakarta. Dalam bab 3 dan bab 12 manuskrip Serat Centhini dengan seting Jawa abad ke-16 (Serat Centhini sendiri ditulis pada awal abad ke-19) telah ditemukan kata "tempe", misalnya dengan penyebutan nama hidangan jae santen tempe (sejenis masakan tempe dengan santan) dan kadhele tempe srundengan. Hal ini dan catatan sejarah yang tersedia lainnya menunjukkan bahwa mungkin pada mulanya tempe diproduksi dari kedelai hitam, berasal dari masyarakat pedesaan tradisional Jawa—mungkin dikembangkan di daerah Mataram, Jawa Tengah, dan berkembang sebelum abad ke-16.
Kata "tempe" diduga berasal dari bahasa Jawa Kuno. Pada zaman Jawa Kuno terdapat makanan berwarna putih terbuat dari tepung sagu yang disebut tumpi. Tempe segar yang juga berwarna putih terlihat memiliki kesamaan dengan makanan tumpi tersebut.
Selain itu terdapat rujukan mengenai tempe dari tahun 1875 dalam sebuah kamus bahasa Jawa-Belanda. Sumber lain mengatakan bahwa pembuatan tempe diawali semasa era Tanam Paksa di Jawa. Pada saat itu, masyarakat Jawa terpaksa menggunakan hasil pekarangan, seperti singkong, ubi dan kedelai,sebagai sumber pangan. Selain itu, ada pula pendapat yang mengatakan bahwa tempe mungkin diperkenalkan oleh orang-orang Tionghoa yang memproduksi makanan sejenis, yaitu koji1 kedelai yang difermentasikan menggunakan kapang Aspergillus. Selanjutnya, teknik pembuatan tempe menyebar ke seluruh Indonesia, sejalan dengan penyebaran masyarakat Jawa yang bermigrasi ke seluruh penjuru Tanah Air.
Tempe berpotensi untuk digunakan melawan radikal bebas, sehingga dapat menghambat proses penuaan dan mencegah terjadinya penyakit degeneratif (aterosklerosis, jantung koroner, diabetes melitus, kanker, dan lain-lain). Selain itu tempe juga mengandung zat antibakteri penyebab diare, penurun kolesterol darah, pencegah penyakit jantung, hipertensi, dan lain-lain. Komposisi gizi tempe baik kadar protein, lemak, dan karbohidratnya tidak banyak berubah dibandingkan dengan kedelai. Namun, karena adanya enzim pencernaan yang dihasilkan oleh kapang tempe, maka protein, lemak, dan karbohidrat pada tempe menjadi lebih mudah dicerna di dalam tubuh dibandingkan yang terdapat dalam kedelai. Oleh karena itu, tempe sangat baik untuk diberikan kepada segala kelompok umur (dari bayi hingga lansia), sehingga bisa disebut sebagai makanan semua umur.
Dibandingkan dengan kedelai, terjadi beberapa hal yang menguntungkan pada tempe. Secara kimiawi hal ini bisa dilihat dari meningkatnya kadar padatan terlarut, nitrogen terlarut, asam amino bebas, asam lemak bebas, nilai cerna, nilai efisiensi protein, serta skor proteinnya.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa zat gizi tempe lebih mudah dicerna, diserap, dan dimanfaatkan tubuh dibandingkan dengan yang ada dalam kedelai. Ini telah dibuktikan pada bayi dan anak balita penderita gizi buruk dan diare kronis.
Dengan pemberian tempe, pertumbuhan berat badan penderita gizi buruk akan meningkat dan diare menjadi sembuh dalam waktu singkat. Pengolahan kedelai menjadi tempe akan menurunkan kadar raffinosa dan stakiosa, yaitu suatu senyawa penyebab timbulnya gejala flatulensi (kembung perut).
Mutu gizi tempe yang tinggi memungkinkan penambahan tempe untuk meningkatkan mutu serealia dan umbi-umbian. Hidangan makanan sehari-hari yang terdiri dari nasi, jagung, atau tiwul akan meningkat mutu gizinya bila ditambah tempe.
Sepotong tempe goreng (50 gram) sudah cukup untuk meningkatkan mutu gizi 200 g nasi. Bahan makanan campuran beras-tempe, jagung-tempe, gaplek-tempe, dalam perbandingan 7:3, sudah cukup baik untuk diberikan kepada anak balita.
sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Tempe

10. KEBAB

Hasil gambar untuk kebab 
 
Kebab (kebap, kabab, kebob, kabob, kibob, kebhav, atau kephav) adalah sebutan untuk berbagai hidangan daging panggang/bakar yang ditusuk memakai tusukan atau batang besi. Hidangan ini umum dijumpai dalam masakan Laut Tengah, masakan Kaukasus, masakan Asia Tengah, masakan Asia Selatan, dan masakan beberapa negara Afrika.
Daging yang umum dipakai untuk kebab adalah daging domba dan daging sapi, atau kadang-kadang daging kambing, daging ayam, ikan, atau kerang. Kebab daging babi dikenal dalam masakan Azerbaijan, Bulgaria, Siprus, Yunani, dan negara bagian Goa di India.
Nama kebab berasal dari bahasa Arab: kabab (کباب) yang awalnya berarti daging goreng, bukan daging panggang/bakar. Kata kabab kemungkinan berasal dari bahasa Aram: כבבא kabbābā yang mungkin berasal dari bahasa Akkadia: kabābu yang berarti "bakar, panggang". Pada abad ke-14, kebab menjadi sinonim dengan tabahajah, hidangan berupa potongan daging goreng dalam bahasa Persia. Dalam buku-buku berbahasa Turki, istilah kebab sering dipakai untuk bola-bola daging yang dibuat dari daging ayam atau daging domba cincang.. Istilah kebab baru berarti hidangan daging panggang (shish kebab) sejak zaman Kesultanan Utsmaniyah, namun masih ada istilah lain yang lebih kuno untuk daging panggang, yakni shiwa` (شواء ) asal bahasa Arab. Walaupun demikian, kebab masih dipakai dalam pengertian aslinya dalam berbagai hidangan seperti semur, misalnya tas kebab (kebab dalam mangkuk) dari Turki. Dalam masakan Mesir ada hidangan semur daging sapi dan bawang bombay yang disebut kebab halla.
sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Kebab








 

Komentar