FOOD TERMINOLOGI
1. BROWNIES
Sushi (鮨, 鮓, atau biasanya すし, 寿司?) adalah makanan Jepang yang terdiri dari nasi yang dibentuk bersama lauk (neta) berupa makanan laut, daging, sayuran mentah atau sudah dimasak. Nasi sushi mempunyai rasa masam yang lembut karena dibumbui campuran cuka beras, garam, dan gula.
Asal usul kata sushi adalah kata sifat untuk rasa masam yang ditulis dengan huruf kanji sushi (酸し?). Pada awalnya, sushi yang ditulis dengan huruf kanji 鮓 merupakan istilah untuk salah satu jenis pengawetan ikan disebut gyoshō (魚醤?) yang membaluri ikan dengan garam dapur, bubuk ragi (麹 koji?) atau ampas sake (糟 kasu?). Penulisan sushi menggunakan huruf kanji 寿司 yang dimulai pada zaman Edo periode pertengahan merupakan cara penulisan ateji (menulis dengan huruf kanji lain yang berbunyi yang sama).
Konon kebiasaan mengawetkan ikan dengan menggunakan beras dan cuka berasal dari daerah pegunungan di Asia Tenggara. Istilah sushi berasal dari bentuk tata bahasa kuno yang tidak lagi dipergunakan dalam konteks lain; secara harfiah, "sushi" berarti "itu (berasa) masam", suatu gambaran mengenai proses fermentasi dalam sejarah akar katanya. Dasar ilmiah di balik proses fermentasi ikan yang dikemas di dalam nasi ialah bahwa cuka yang dihasilkan dari fermentasi nasi menguraikan asam amino dari daging ikan. Hasilnya ialah salah satu dari lima rasa dasar, yang disebut umami dalam bahasa Jepang.
Nigirizushi dikenal di Jepang sejak zaman Edo. Sebelum zaman Edo, sebagian besar sushi yang dikenal di Jepang adalah jenis oshizushi (sushi yang dibentuk dengan cara ditekan-tekan di dalam wadah kayu persegi). Pada zaman dulu, orang Jepang mungkin kuat makan karena sushi selalu dihidangkan dalam porsi besar. Sushi sebanyak 1 kan (1 porsi) setara dengan 9 kan (9 porsi) sushi zaman sekarang, atau kira-kira sama dengan 18 kepal sushi (360 gram). Satu porsi sushi zaman dulu yang disebut ikkanzushi mempunyai neta yang terdiri dari 9 jenis makanan laut atau lebih.
Pada zaman Edo periode akhir, di Jepang mulai dikenal bentuk awal dari nigirizushi. Namun ukuran porsi nigirizushi sudah dikurangi agar lebih mudah dinikmati. Ahli sushi bernama Hanaya Yohei menciptakan sushi jenis baru yang sekarang disebut edomaezushi. Namun ukuran sushi ciptaannya besar-besar seperti onigiri. Pada masa itu, teknik pendinginan ikan masih belum maju. Akibatnya, ikan yang diambil dari laut sekitar Jepang harus diolah lebih dulu agar tidak rusak bila dijadikan sushi.
Sampai tahun 1970-an sushi masih merupakan makanan mewah. Rakyat biasa di Jepang hanya makan sushi untuk merayakan acara-acara khusus, dan terbatas pada sushi pesan-antar. Dalam manga, sering digambarkan pegawai kantor yang pulang tengah malam ke rumah dalam keadaan mabuk. Oleh-oleh yang dibawa untuk menyogok istri yang menunggu di rumah adalah sushi. Walaupun rumah makan kaitenzushi yang pertama sudah dibuka tahun 1958 di Osaka, penyebarannya ke daerah-daerah lain di Jepang memakan waktu lama. Makan sushi sebagai acara seluruh anggota keluarga terwujud pada tahun 1980-an sejalan dengan makin meluasnya kaitenzushi.
Keberhasilan kaitenzushi mendorong perusahaan makanan untuk memperkenalkan berbagai macam bumbu sushi instan yang memudahkan ibu rumah tangga membuat sushi di rumah. chirashizushi atau temakizushi dapat dibuat dengan bumbu instan ditambah nasi, makanan laut, tamagoyaki dan nori.
sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Tahu
Roti lapis atau Sandwich dalam bahasa Inggris (terkadang
dikenal juga dengan roti isi), adalah makanan yang biasanya terdiri dari
sayuran, keju atau daging yang diiris, diletakkan di atas atau di antara irisan
roti, atau lebih tepatnya makanan apapun dimana dua atau lebih potongan roti
berfungsi sebagai wadah atau pembungkus untuk jenis makanan lain. Roti lapis
mulai sebagai makanan jinjing portabel yang praktis di dunia Barat, meski
seiring waktu telah berkembang di seluruh dunia.
Roti lapis adalah jenis makanan untuk makan siang yang populer, dibawa ke tempat kerja, sekolah, atau piknik untuk dimakan sebagai bagian dari makan siang yang dikemas. Roti bisa berupa roti polos, atau dilapisi dengan bumbu seperti mayones atau mustard, untuk meningkatkan rasa dan teksturnya. Sebagai sebuah hidangan buatan sendiri, roti lapis juga banyak dijual di restoran dan bisa disajikan panas atau dingin. Ada roti lapis gurih, seperti roti lapis daging deli, dan roti lapis manis, seperti roti lapis selai kacang dan jeli.
Nama sandwich diambil dari nama John Montagu, 4th Earl of Sandwich, seorang aristokrat Inggris abad ke-18 yang merupakan penggemar main kartu kelas berat. Earl of Sandwich IV ingin terus bermain kartu tanpa harus berhenti untuk makan, sehingga daging yang dijepit dua potong roti dijadikan makanan praktis yang bisa dimakan dengan sebelah tangan sambil bermain kartu. The Wall Street Journal telah menggambarkannya sebagai "kontribusi terbesar untuk dunia gastronomi di Inggris".
Konsep modern dari roti lapis atau sandwich menggunakan irisan roti seperti yang ditemukan di Barat bisa dibilang dapat ditelusuri ke Eropa pada abad ke-18. Namun, penggunaan semacam roti atau bahan seperti roti untuk diletakkan di bawah (atau di bawah dan di atas) beberapa makanan lain, atau digunakan untuk meraup dan mengisi atau membungkus beberapa jenis makanan lainnya, yang jauh sebelum abad kedelapan belas, dan ditemukan di berbagai budaya yang jauh lebih tua di seluruh dunia.
Salah seorang bijak dari Yahudi kuno, Hillel the Elder, mengatakan telah membungkus daging dari domba Paskah dan rempah-rempah pahit di antara dua potong roti matzah kuno yang rata dan tidak beragi - selama Paskah dengan cara bungkus modern yang dibuat dengan roti lapis datar. Roti datar dengan sedikit variasi telah lama digunakan untuk meraup atau membungkus sejumlah kecil makanan dalam perjalanan dari piring ke mulut di seluruh Asia Barat dan Afrika Utara. Dari Maroko ke Ethiopia hingga India, roti dipanggang di wadah panggangan datar, berbeda dengan tradisi roti Eropa.
Selama Abad Pertengahan di Eropa, lempengan tebal roti kasar dan biasanya basi, disebut "trencher", digunakan sebagai piring. Setelah makan, sisa makanan beserta trencher diumpankan ke seekor anjing atau diberikan untuk pengemis di meja orang kaya, dan dimakan oleh pengunjung dalam keadaan yang lebih sederhana. Prekursor kuliner langsung dengan koneksi langsung ke roti lapis Inggris dapat ditemukan di Belanda pada abad ke-17, di mana John Ray, seorang naturalis mengamati bahwa di kedai minuman anggur tergantung dari kasau "yang mereka potong menjadi irisan tipis dan dimakan dengan roti. Dan mentega yang dioles lalu irisan tadi diletakkan pada olesan mentega"- spesifikasi jelas yang mengungkapkan broodje belegde Belanda, roti lapis terbuka, belum diketahui di Inggris saat itu.
Awalnya dianggap sebagai makanan yang dibagikan para pria saat bermain game dan minum di malam hari, roti lapis perlahan mulai muncul dalam masyarakat sebagai makanan larut malam di kalangan bangsawan. Popularitasnya di Spanyol dan Inggris meningkat secara dramatis selama abad ke-19, ketika bangkitnya masyarakat industri dan kelas pekerja yang bisa membuat makanan cepat, portabel, dan harganya murah. Di London misalnya, setidaknya tujuh puluh pedagang kaki lima menjual roti lapis ham pada tahun 1850; Selama dekade ini bar sandwich (stan khusus untuk menjual roti lapis) juga menjadi bentuk penting budaya makan di Belanda barat, biasanya menyajikan roti lapis daging sapi bergaram
Pada saat bersamaan roti lapis bergaya Eropa akhirnya mulai muncul di luar Eropa. Di Amerika Serikat, roti lapis pertama kali dipromosikan sebagai makanan yang kompleks saat makan malam. Pada awal abad ke-20, saat roti menjadi makanan pokok di Amerika, roti lapis menjadi makanan populer dan popularitas yang terus meningkat seperti yang sudah meluas di Mediterania.
sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Sandwich
9. TEMPE
Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti Rhizopus oligosporus, Rh. oryzae, Rh. stolonifer (kapang roti), atau Rh. arrhizus. Sediaan fermentasi ini secara umum dikenal sebagai "ragi tempe".
Kapang yang tumbuh pada kedelai menghidrolisis senyawa-senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana yang mudah dicerna oleh manusia. Tempe kaya akan serat pangan, kalsium, vitamin B dan zat besi. Berbagai macam kandungan dalam tempe mempunyai nilai obat, seperti antibiotika untuk menyembuhkan infeksi dan antioksidan pencegah penyakit degeneratif.
Secara umum, tempe berwarna putih karena pertumbuhan miselia kapang yang merekatkan biji-biji kedelai sehingga terbentuk tekstur yang memadat. Degradasi komponen-komponen kedelai pada fermentasi membuat tempe memiliki rasa dan aroma khas. Berbeda dengan tahu, tempe terasa agak masam.
Tempe banyak dikonsumsi di Indonesia, tetapi sekarang telah mendunia. Kaum vegetarian di seluruh dunia banyak yang telah menggunakan tempe sebagai pengganti daging. Akibatnya sekarang tempe diproduksi di banyak tempat di dunia, tidak hanya di Indonesia. Berbagai penelitian di sejumlah negara seperti Jerman, Jepang, dan Amerika Serikat. Indonesia juga sekarang berusaha mengembangkan galur (strain) unggul Rhizopus untuk menghasilkan tempe yang lebih cepat, berkualitas, atau memperbaiki kandungan gizi tempe. Beberapa pihak mengkhawatirkan kegiatan ini dapat mengancam keberadaan tempe sebagai bahan pangan milik umum karena galur-galur ragi tempe unggul dapat didaftarkan hak patennya sehingga penggunaannya dilindungi undang-undang (memerlukan lisensi dari pemegang hak paten).
Tidak seperti makanan kedelai tradisional lain yang biasanya berasal dari Cina atau Jepang, tempe berasal dari Indonesia. Tidak jelas kapan pembuatan tempe dimulai. Namun, makanan tradisonal ini sudah dikenal sejak berabad-abad lalu, terutama dalam tatanan budaya makan masyarakat Jawa, khususnya di Yogyakarta dan Surakarta. Dalam bab 3 dan bab 12 manuskrip Serat Centhini dengan seting Jawa abad ke-16 (Serat Centhini sendiri ditulis pada awal abad ke-19) telah ditemukan kata "tempe", misalnya dengan penyebutan nama hidangan jae santen tempe (sejenis masakan tempe dengan santan) dan kadhele tempe srundengan. Hal ini dan catatan sejarah yang tersedia lainnya menunjukkan bahwa mungkin pada mulanya tempe diproduksi dari kedelai hitam, berasal dari masyarakat pedesaan tradisional Jawa—mungkin dikembangkan di daerah Mataram, Jawa Tengah, dan berkembang sebelum abad ke-16.
Kata "tempe" diduga berasal dari bahasa Jawa Kuno. Pada zaman Jawa Kuno terdapat makanan berwarna putih terbuat dari tepung sagu yang disebut tumpi. Tempe segar yang juga berwarna putih terlihat memiliki kesamaan dengan makanan tumpi tersebut.
Selain itu terdapat rujukan mengenai tempe dari tahun 1875 dalam sebuah kamus bahasa Jawa-Belanda. Sumber lain mengatakan bahwa pembuatan tempe diawali semasa era Tanam Paksa di Jawa. Pada saat itu, masyarakat Jawa terpaksa menggunakan hasil pekarangan, seperti singkong, ubi dan kedelai,sebagai sumber pangan. Selain itu, ada pula pendapat yang mengatakan bahwa tempe mungkin diperkenalkan oleh orang-orang Tionghoa yang memproduksi makanan sejenis, yaitu koji1 kedelai yang difermentasikan menggunakan kapang Aspergillus. Selanjutnya, teknik pembuatan tempe menyebar ke seluruh Indonesia, sejalan dengan penyebaran masyarakat Jawa yang bermigrasi ke seluruh penjuru Tanah Air.
Tempe berpotensi untuk digunakan melawan radikal bebas, sehingga dapat menghambat proses penuaan dan mencegah terjadinya penyakit degeneratif (aterosklerosis, jantung koroner, diabetes melitus, kanker, dan lain-lain). Selain itu tempe juga mengandung zat antibakteri penyebab diare, penurun kolesterol darah, pencegah penyakit jantung, hipertensi, dan lain-lain. Komposisi gizi tempe baik kadar protein, lemak, dan karbohidratnya tidak banyak berubah dibandingkan dengan kedelai. Namun, karena adanya enzim pencernaan yang dihasilkan oleh kapang tempe, maka protein, lemak, dan karbohidrat pada tempe menjadi lebih mudah dicerna di dalam tubuh dibandingkan yang terdapat dalam kedelai. Oleh karena itu, tempe sangat baik untuk diberikan kepada segala kelompok umur (dari bayi hingga lansia), sehingga bisa disebut sebagai makanan semua umur.
Dibandingkan dengan kedelai, terjadi beberapa hal yang menguntungkan pada tempe. Secara kimiawi hal ini bisa dilihat dari meningkatnya kadar padatan terlarut, nitrogen terlarut, asam amino bebas, asam lemak bebas, nilai cerna, nilai efisiensi protein, serta skor proteinnya.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa zat gizi tempe lebih mudah dicerna, diserap, dan dimanfaatkan tubuh dibandingkan dengan yang ada dalam kedelai. Ini telah dibuktikan pada bayi dan anak balita penderita gizi buruk dan diare kronis.
Dengan pemberian tempe, pertumbuhan berat badan penderita gizi buruk akan meningkat dan diare menjadi sembuh dalam waktu singkat. Pengolahan kedelai menjadi tempe akan menurunkan kadar raffinosa dan stakiosa, yaitu suatu senyawa penyebab timbulnya gejala flatulensi (kembung perut).
Mutu gizi tempe yang tinggi memungkinkan penambahan tempe untuk meningkatkan mutu serealia dan umbi-umbian. Hidangan makanan sehari-hari yang terdiri dari nasi, jagung, atau tiwul akan meningkat mutu gizinya bila ditambah tempe.
Sepotong tempe goreng (50 gram) sudah cukup untuk meningkatkan mutu gizi 200 g nasi. Bahan makanan campuran beras-tempe, jagung-tempe, gaplek-tempe, dalam perbandingan 7:3, sudah cukup baik untuk diberikan kepada anak balita.
sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Tempe
10. KEBAB
Kebab (kebap, kabab, kebob, kabob, kibob, kebhav, atau kephav) adalah sebutan untuk berbagai hidangan daging panggang/bakar yang ditusuk memakai tusukan atau batang besi. Hidangan ini umum dijumpai dalam masakan Laut Tengah, masakan Kaukasus, masakan Asia Tengah, masakan Asia Selatan, dan masakan beberapa negara Afrika.
Daging yang umum dipakai untuk kebab adalah daging domba dan daging sapi, atau kadang-kadang daging kambing, daging ayam, ikan, atau kerang. Kebab daging babi dikenal dalam masakan Azerbaijan, Bulgaria, Siprus, Yunani, dan negara bagian Goa di India.
Nama kebab berasal dari bahasa Arab: kabab (کباب) yang awalnya berarti daging goreng, bukan daging panggang/bakar. Kata kabab kemungkinan berasal dari bahasa Aram: כבבא kabbābā yang mungkin berasal dari bahasa Akkadia: kabābu yang berarti "bakar, panggang". Pada abad ke-14, kebab menjadi sinonim dengan tabahajah, hidangan berupa potongan daging goreng dalam bahasa Persia. Dalam buku-buku berbahasa Turki, istilah kebab sering dipakai untuk bola-bola daging yang dibuat dari daging ayam atau daging domba cincang.. Istilah kebab baru berarti hidangan daging panggang (shish kebab) sejak zaman Kesultanan Utsmaniyah, namun masih ada istilah lain yang lebih kuno untuk daging panggang, yakni shiwa` (شواء ) asal bahasa Arab. Walaupun demikian, kebab masih dipakai dalam pengertian aslinya dalam berbagai hidangan seperti semur, misalnya tas kebab (kebab dalam mangkuk) dari Turki. Dalam masakan Mesir ada hidangan semur daging sapi dan bawang bombay yang disebut kebab halla.
Brownies
pertama kali muncul di hadapan publik pada tahun 1893. Saat itu digelar sebuah
acara berupa pameran yang bertajuk Columbian Exposition yang diselenggarakan
salah satu kota besar di Amerika, Chicago, Illinois. Pada saat itu seorang koki
dari Hotel Palmer House membuat suatu inovasi kue setelah sang pemilik hotel
Bertha Palmer memintanya untuk menghidangkan makanan penutup untuknya dan para
perempuan yang hadir pada pameran tersebut. Sang koki diminta untuk membuat kue
yang lain daripada yg lain dipotong kecil-kecil agar mudah dimakan.
Sungguh sangat sulit untuk memastikan asal mula kue
brownies ini, konon dari banyaknya cerita yang beredar, kue brownies berawal
dari seorang koki yang lupa memasukkan bahan kue pengembang yang disebut baking
powder dalam resep adonan kue bolu coklatnya. Sehingga alhasil setelah kue bolu
tersebut dipanggang tidak mengembang seperti halnya kue-kue bolu yang biasa dia
buat. Tekstur kue bolu coklat yang harusnya lembut, tebal, dan banyak berpori,
menjadi bantat, padat dan sedikit basah.
Adapun cerita lainnya tentang asal mula brownies
adalah diceritakan seorang pemuda pengusaha kue yang mengalami krisis keuangan
dan hampir membuat usahanya gulung tikar. Dia punya seorang karyawan yang masih
temannya sendiri yang setiap pagi akan menjualkan kue-kue buatannya. Pada suatu
hari dengan modal terakhir yang dia miliki, pemuda pengusaha kue tersebut
membeli bahan-bahan untuk membuat kue coklat.
Hampir semalam suntuk dia berusaha keras membuat
kue coklat lezat seperti yang tertera pada resep kue coklat. Pekerjaannya baru
selesai saat fajar tiba. Namun alangkah kecewanya pemuda tersebut setelah
melihat hasil kue coklatnya yang jauh berbeda dari yang terdapat pada buku panduan
resep kue coklat. Modal terakhir yang dia punya pun telah habis untuk
bahan-bahan kue coklat tersebut
Seperti biasanya pada pagi harinya sang karyawan
datang mengambil kue hasil buatan majikannya tersebut. Tanpa bertanya karena
melihat sang majikan tengah tertidur lelap akibat kelelahan membuat kue
semalaman, dia mengambil kue-kue coklat tersebut dan menjualnya pada para
pelanggan kue sang majikan. Para pelanggan sangat menikmati kue coklat itu dan
kembali memesan untuk keesokan harinya, mereka mengira kue itu resep baru dari
si pemuda tersebut. Dengan banyaknya pesanan kue coklat yang dikira gagal itu
sang pemuda selamat dari gulung tikar.
Resep awal brownies adalah berupa tepung, mentega,
gula, telur, coklat yang telah dilelehkan, serta kacang almond. Hal ini menjadi
satu hal yang pasti bahwa resep dasar brownies tidak pernah berubah sejak
ratusan tahun lalu. Pada saat ini brownies telah mengalami banyak modifikasi
dengan beragam aneka rasa tambahan seperti brownies keju, brownies pisang,
blueberry, strawberry, kacang-kacangan, kopi, dan masih banyak lagi variasi
brownies lainnya. Begitu pula dengan cara proses pembuatannya yang tidak hanya
dipanggang, namun dapat pula dengan proses pengukusan yang dikenal dengan nama
brownies kukus.
Pada tahun 1904 resep brownies pertama kali muncul
dalam buku memasak Home Cookery yang disebut Service Club Cook Book, dan pada
tahun 1905 pada buku resep The Boston Globe serta pada tahun 1906 dalam buku
resep The Boston Cooking School Cook Book yang ditulis oleh Fannie Merritt
Farmer. Resep Fannie Merritt Farmer ini menghasilkan panganan yang relatif
ringan dan seperti kue. Namun resep tersebut adalah resep untuk molasse, sebuah
kue yang dipanggang dan jauh dari apa yang kita kenal sebagai brownies sekarang
ini. Beberapa berpendapat kue ini mungkin berasal dari adonan kue coklat yang
tidak diberi baking powder secara tidak sengaja sehingga kue coklat menjadi
bantat.
Resep yang kedua muncul pada tahun 1907 dalam buku
panduan memasak Lowney's Cook Book, yang ditulis oleh Maria Willett Howard dan
diterbitkan oleh Walter M. Lowney Company di Boston, Massachusetts. Resep ini
menambahkan lebih banyak telur dan cokelat batangan pada resep awal Fannie
Merritt Farmer di atas, dan menghasilkan brownies yang kaya rasa dan manis. Resep
ini dinamakan Bangor Brownies, hal ini mungkin karena resep tersebut diciptakan
oleh seorang wanita di Bangor, Maine. Bangor Brownies ini kemudian menjadi
salah satu snack dan camilan yang sangat digemari pada beberapa tahun kemudian
dan begitu populer di Amerika Utara hingga akhirnya menyebar pula ke daratan
Eropa.
sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Brownies
sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Brownies
2. HAMBURGER
Hamburger (atau seringkali disebut dengan burger)
adalah sejenis makanan berupa roti berbentuk bundar yang diiris dua dan
ditengahnya diisi dengan patty yang biasanya di ambil dari daging, kemudian sayur-sayuran
berupa selada, tomat dan bawang bombay. Sebagai sausnya, burger diberi berbagai
jenis saus seperti mayones, saus tomat dan sambal serta mustard. Beberapa
varian burger juga dilengkapi dengan keju, asinan, serta bahan pelengkap lain
seperti sosis dan ham.
Banyak orang keliru dan mengira bahwa nama
Hamburger berasal dari kata "Ham", namun sebenarnya namanya berasal
dari kota Hamburg di Jerman, tempat makanan ini berasal. Dari kota kedua
terbesar di Jerman ini banyak penduduknya yang beremigrasi ke Amerika dan
menyebarkan pembuatan burger ke sana. Hanyalah sebuah kebetulan bahwa kata
"ham" yang dalam bahasa Inggris berarti daging asap memiliki bunyi
yang hampir serupa dengan Hamburger, faktanya hamburger tidak mengandung Ham
(meskipun ada juga restoran yang menambahkan irisan Ham pada burger mereka
untuk menambah cita rasa).
Jadi secara harafiah dapat disimpulkan bahwa arti
kata Hamburger berarti "makanan yang berasal dari Hamburg" dan bukan
berarti "makanan yang mengandung Ham". Namun pada praktiknya burger
atau hamburger lebih sering diartikan sebagai sandwich atau jenis roti isi
lainnya yang berbentuk bulat. Dalam masyarakat kata burger sudah lebih melekat
sebagai jenis makanannya daripada asal muasal dan pencipta dari burger.
Ada beberapa versi dari sejarah penciptaan burger,
penganan ini awalnya adalah makanan khas bangsa Tartar, yaitu berupa daging
cincang yang disantap mentah-mentah dengan perasan jeruk. Bangsa Tartar
merupakan bangsa nomaden yang sering melakukan perjalanan jauh menunggang kuda,
sehingga daging yang mereka bawa sering menjadi keras dan tak layak konsumsi,
maka merekapun mengakalinya dengan meletakkan daging di bawah sadel kuda
mereka. setelah melakukan perjalanan jauh ternyata daging tersebut masih hangat
dan tidak menjadi dingin, maka daging tersebut langsung disantap dengan tanpa
dimasak dan hanya diberi sedikit perasan jeruk nipis.
Hidangan yang terkenal lezat dari Asia Tengah ini
kemudian dibawa oleh para pelaut Eropa ke negaranya, tepatnya ke kota Hamburg
karena masyarakat di sana pada umumnya mengganggap bahwa mereka adalah bangsa
yang beradab, mereka menolak memakan daging yang tak dimasak, maka daging khas Tartar
tersebut mereka masak terlebih dahulu sebelum disantap dengan cara dibakar atau
digoreng, ternyata masakan ini sangat disukai berbagai orang. Sampai saat ini
sebagian orang tetap lebih menyenangi menyantapnya mentah-mentah. Inilah asal
mula daging burger.
Ada beberapa pengusaha Indonesia yang mengusahakan
pembuatan burger lokal khas Indonesia yang lebih akrab dengan lidah masyarakat
kita, di antaranya adalah Blenger Burger dengan menu andalan Cheese Burger
mereka, selain itu juga ada Klenger Burger, dan Edam Burger yang sukses
menembus pasar Timur Tengah.
Di Indonesia juga ada variasi tempe burger yang
menggunakan tempe sebagai pengganti daging pada burger, dan burger batok,
sebuah burger yang dimasak dengan cara dikukus dalam batok kelapa, sehingga
membuat aroma dan rasa khas yang nikmat.
sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Hamburger
sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Hamburger
3. CHOUX
Pastri choux (Bahasa Inggris:Choux pastry
atau Choux paste) adalah adonan yang dibuat dengan menggunakan mentega, air,
tepung terigu dan telur. Selain itu, gula dan garam dapat ditambahkan ke dalam
adonan tersebut. Nama adonan ini berasal dari bahasa Perancis yaitu Pâte à
choux yang secara literal berarti "pasta kubis" karena bentuk
akhirnya yang menyerupai kubis. Sementara itu, adonan ini sering disebut
sebagai Choux paste karena teksturnya yang tidak padat seperti adonan
lain tetapi bertekstur seperti pasta. Adonan ini dapat dicetak menjadi berbagai
macam bentuk serta merupakan adonan dasar dari pembuatan kue sus, profiterole, croquembouche,
eclair, cruller, beignet, kue St. Honoré, dan gougère. Ketika dipanggang, telur
membuat adonan menjadi kopong sehingga dapat diisi dengan krim berbagai rasa.
Sejarah ditemukannya pastri choux bermula pada
tahun 1533 ketika Catherine dari Medici meninggalkan kota kelahirannya di Firenze,
Italia untuk menikah dengan Henri II dari Perancis. Ia membawa serta seluruh
pegawai istananya termasuk para juru masaknya ke Perancis.Tujuh tahun kemudian,
kepala juru masaknya yang bernama Panterelli menciptakan adonan pasta yang ia
gunakan untuk membuat kue. Adonan tersebut kemudian ia namakan pâte a
Panterelli. Nama tersebut tidak bertahan lama karena adonan tersebut
kemudian dikenal juga sebagai pâte a Popelini dan lalu menjadi pâte a
Popelin hingga akhirnya disebut sebagai pâte à choux.Marie-Antoine
Carême, seorang juru masak dari Perancis, menyempurnakan resep yang diciptakan
oleh Panterelli hingga menjadi resep yang digunakan oleh para juru masak saat
ini.
sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Pastri_choux
sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Pastri_choux
4. RENDANG
Rendang atau randang adalah masakan daging
bercita rasa pedas yang menggunakan campuran dari berbagai bumbu dan rempah-rempah.
Masakan ini dihasilkan dari proses memasak yang dipanaskan berulang-ulang
dengan santan kelapa. Proses memasaknya memakan waktu berjam-jam (biasanya
sekitar empat jam) hingga kering dan berwarna hitam pekat. Dalam suhu ruangan,
rendang dapat bertahan hingga berminggu-minggu. Rendang yang dimasak dalam
waktu yang lebih singkat dan santannya belum mengering disebut kalio, berwarna
coklat terang keemasan.
Rendang dapat dijumpai di Rumah Makan Padang di
seluruh dunia. Masakan ini populer di Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara
lainnya, seperti Malaysia, Singapura, Brunei, Filipina, dan Thailand. Di daerah
asalnya, Minangkabau, rendang disajikan di berbagai upacara adat dan perhelatan
istimewa. Meskipun rendang merupakan masakan tradisional Minangkabau,
masing-masing daerah di Minangkabau memiliki teknik memasak serta pilihan dan
penggunaan bumbu yang berbeda.
Rendang adalah masakan yang mengandung bumbu rempah
yang kaya. Selain bahan dasar daging, rendang menggunakan santan kelapa (karambia),
dan campuran dari berbagai bumbu khas yang dihaluskan di antaranya cabai (lado),
serai, lengkuas, kunyit, jahe, bawang putih, bawang merah dan aneka bumbu
lainnya yang biasanya disebut sebagai pemasak. Keunikan rendang adalah
penggunaan bumbu-bumbu alami, yang bersifat antiseptik dan membunuh bakteri
patogen sehingga bersifat sebagai bahan pengawet alami. Bawang putih, bawang
merah, jahe, dan lengkuas diketahui memiliki aktivitas antimikroba yang kuat.
Tidak mengherankan jika rendang dapat disimpan satu minggu hingga empat minggu.
Proses memasak rendang asli dapat menghabiskan waktu
berjam-jam (biasanya sekitar empat jam), karena itulah memasak rendang
memerlukan waktu dan kesabaran. Potongan daging dimasak bersama bumbu dan
santan dalam panas api yang tepat, diaduk pelan-pelan hingga santan dan bumbu
terserap daging. Setelah mendidih, apinya dikecilkan dan terus diaduk hingga
santan mengental dan menjadi kering. Memasak rendang harus sabar dan telaten
ditunggui, senantiasa dengan hati-hati dibolak-balik agar santan mengering dan
bumbu terserap sempurna, tanpa menghanguskan atau menghancurkan daging. Proses
memasak ini dikenal dalam seni kuliner modern dengan istilah 'karamelisasi'. Karena
menggunakan banyak jenis bumbu, rendang dikenal memiliki citarasa yang kompleks
dan unik.
Asal usul rendang ditelusuri berasal dari Sumatera,
khususnya Minangkabau. Bagi masyarakat Minang, rendang sudah ada sejak dahulu
dan telah menjadi masakan tradisi yang dihidangkan dalam berbagai acara adat
dan hidangan keseharian. Sebagai masakan tradisi, rendang diduga telah lahir
sejak orang Minang menggelar acara adat pertamanya. Kemudian seni memasak ini
berkembang ke kawasan serantau berbudaya Melayu lainnya; mulai dari Mandailing,
Riau, Jambi, hingga ke negeri seberang di Negeri Sembilan yang banyak dihuni
perantau asal Minangkabau. Karena itulah rendang dikenal luas baik di Sumatera
dan Semenanjung Malaya.
Sejarawan Universitas Andalas, Prof. Dr. Gusti
Asnan menduga, rendang telah menjadi masakan yang tersebar luas sejak orang
Minang mulai merantau dan berlayar ke Malaka untuk berdagang pada awal abad
ke-16. “Karena perjalanan melewati sungai dan memakan waktu lama, rendang
mungkin menjadi pilihan tepat saat itu sebagai bekal.” Hal ini karena rendang
kering sangat awet, tahan disimpan hingga berbulan lamanya, sehingga tepat
dijadikan bekal kala merantau atau dalam perjalanan niaga.
Rendang juga disebut dalam kesusastraan Melayu
klasik seperti Hikayat Amir Hamzah yang membuktikan bahwa rendang sudah dikenal
dalam seni masakan Melayu sejak 1550-an (pertengahan abad ke-16). Kelahiran
rendang tak luput dari pengaruh beberapa negara, misalnya bumbu-bumbu dari
India yang diperoleh melalui para pedagang Gujarat, India. Karena diaduk
terus-menerus, rendang identik dengan warna hitam dan tidak memiliki kuah.
Rendang kian masyhur dan tersebar luas jauh
melampaui wilayah aslinya berkat budaya merantau suku Minangkabau. Orang Minang
yang pergi merantau selain bekerja sebagai pegawai atau berniaga, banyak di
antara mereka berwirausaha membuka Rumah Makan Padang di seantero Nusantara,
bahkan meluas ke negara tetangga hingga Eropa dan Amerika. Rumah makan inilah
yang memperkenalkan rendang serta hidangan Minangkabau lainnya secara meluas.
Rendang juga menjadi makanan yang disajikan khusus
untuk hari raya Idul Adha. Banyaknya daging kurban membuat masyarakat Padang
berlomba-lomba memasak rendang.
sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Rendang
sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Rendang
5. KIMCHI
Kimchi adalah makanan tradisional Korea,
salah satu jenis asinan sayur hasil fermentasi yang diberi bumbu pedas. Setelah
digarami dan dicuci, sayuran dicampur dengan bumbu yang dibuat dari udang krill,
kecap ikan, bawang putih, jahe dan bubuk cabai merah.
Sayuran yang paling umum dibuat kimchi adalah sawi
putih dan lobak. Di zaman dulu, kimchi diucapkan sebagai chim-chae (Hangul:
침채; Hanja: 沈菜) yang berarti "sayuran
yang direndam."
Di Korea, kimchi selalu dihidangkan di waktu makan
sebagai salah satu jenis banchan yang paling umum. Kimchi juga digunakan
sebagai bumbu sewaktu memasak sup kimchi (kimchi jjigae), nasi goreng
kimchi (kimchi bokkeumbap), dan berbagai masakan lain.
Literatur tertua yang memuat tentang kimchi adalah
buku puisi Tiongkok berjudul Sikyeong (hangul:시경 hanja:詩經).
Pada waktu itu, kimchi disebut "Ji" sebelum nantinya dikenal
sebagai "chimchae".
Asinan berwarna hijau merupakan bentuk awal kimchi
sewaktu cabai belum dikenal di Korea. Setelah dicampur dengan garam, sayuran
seperti kubis dimasukkan ke dalam guci tanah liat setelah diberi garam, dan
dipendam di dalam tanah sebagai persediaan makanan sewaktu sayuran segar tidak
tersedia di musim dingin. Orang Korea baru mengenal cabai berkat jasa pedagang Portugis
dari Jepang yang datang ke Korea pada abad ke-16.
Pedagang Portugis menyebarluaskan cabai ke seluruh
dunia. Kapal-kapal Portugis berlayar melewati Tanjung Harapan di Afrika hingga
sampai di India pada tahun 1498. Selanjutnya, cabai asal Amerika Selatan dibawa
ke Asia melalui berbagai pelabuhan di Afrika atau langsung menyeberangi Samudra
Pasifik. Pada tahun 1540, pedagang Portugis sudah berdagang di Indonesia dan
cabai dibawa ke Tiongkok beberapa lama kemudian. Pedagang Portugis baru sampai
di Jepang dan Korea pada tahun 1549. Filipina mendapat giliran mengenal cabai
pada tahun 1564 sewaktu dilewati jalur perdagangan kapal Spanyol yang membawa
cabai ke kepulauan Melanesia dan kawasan Mikronesia.
Resep asinan sayuran dan labu sudah dimuat dalam
buku resep terbitan tahun 1670, tetapi tidak menggunakan cabai. Di dalam
catatan sejarah abad ke-17 ditulis tentang 11 jenis kimchi, sedangkan cabai
sebagai bahan kimchi mungkin baru populer bertahun-tahun kemudian (menurut
perkiraan 200 tahun kemudian). Sebelum abad ke-19, kimchi hanya dibuat dari
sayuran asli Korea karena sawi putih kemungkinan besar tidak dikenal di Korea
sampai abad ke-19.
sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Kimchi
sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Kimchi
6. SUSHI
Sushi (鮨, 鮓, atau biasanya すし, 寿司?) adalah makanan Jepang yang terdiri dari nasi yang dibentuk bersama lauk (neta) berupa makanan laut, daging, sayuran mentah atau sudah dimasak. Nasi sushi mempunyai rasa masam yang lembut karena dibumbui campuran cuka beras, garam, dan gula.
Asal usul kata sushi adalah kata sifat untuk rasa masam yang ditulis dengan huruf kanji sushi (酸し?). Pada awalnya, sushi yang ditulis dengan huruf kanji 鮓 merupakan istilah untuk salah satu jenis pengawetan ikan disebut gyoshō (魚醤?) yang membaluri ikan dengan garam dapur, bubuk ragi (麹 koji?) atau ampas sake (糟 kasu?). Penulisan sushi menggunakan huruf kanji 寿司 yang dimulai pada zaman Edo periode pertengahan merupakan cara penulisan ateji (menulis dengan huruf kanji lain yang berbunyi yang sama).
Konon kebiasaan mengawetkan ikan dengan menggunakan beras dan cuka berasal dari daerah pegunungan di Asia Tenggara. Istilah sushi berasal dari bentuk tata bahasa kuno yang tidak lagi dipergunakan dalam konteks lain; secara harfiah, "sushi" berarti "itu (berasa) masam", suatu gambaran mengenai proses fermentasi dalam sejarah akar katanya. Dasar ilmiah di balik proses fermentasi ikan yang dikemas di dalam nasi ialah bahwa cuka yang dihasilkan dari fermentasi nasi menguraikan asam amino dari daging ikan. Hasilnya ialah salah satu dari lima rasa dasar, yang disebut umami dalam bahasa Jepang.
Nigirizushi dikenal di Jepang sejak zaman Edo. Sebelum zaman Edo, sebagian besar sushi yang dikenal di Jepang adalah jenis oshizushi (sushi yang dibentuk dengan cara ditekan-tekan di dalam wadah kayu persegi). Pada zaman dulu, orang Jepang mungkin kuat makan karena sushi selalu dihidangkan dalam porsi besar. Sushi sebanyak 1 kan (1 porsi) setara dengan 9 kan (9 porsi) sushi zaman sekarang, atau kira-kira sama dengan 18 kepal sushi (360 gram). Satu porsi sushi zaman dulu yang disebut ikkanzushi mempunyai neta yang terdiri dari 9 jenis makanan laut atau lebih.
Pada zaman Edo periode akhir, di Jepang mulai dikenal bentuk awal dari nigirizushi. Namun ukuran porsi nigirizushi sudah dikurangi agar lebih mudah dinikmati. Ahli sushi bernama Hanaya Yohei menciptakan sushi jenis baru yang sekarang disebut edomaezushi. Namun ukuran sushi ciptaannya besar-besar seperti onigiri. Pada masa itu, teknik pendinginan ikan masih belum maju. Akibatnya, ikan yang diambil dari laut sekitar Jepang harus diolah lebih dulu agar tidak rusak bila dijadikan sushi.
Sampai tahun 1970-an sushi masih merupakan makanan mewah. Rakyat biasa di Jepang hanya makan sushi untuk merayakan acara-acara khusus, dan terbatas pada sushi pesan-antar. Dalam manga, sering digambarkan pegawai kantor yang pulang tengah malam ke rumah dalam keadaan mabuk. Oleh-oleh yang dibawa untuk menyogok istri yang menunggu di rumah adalah sushi. Walaupun rumah makan kaitenzushi yang pertama sudah dibuka tahun 1958 di Osaka, penyebarannya ke daerah-daerah lain di Jepang memakan waktu lama. Makan sushi sebagai acara seluruh anggota keluarga terwujud pada tahun 1980-an sejalan dengan makin meluasnya kaitenzushi.
Keberhasilan kaitenzushi mendorong perusahaan makanan untuk memperkenalkan berbagai macam bumbu sushi instan yang memudahkan ibu rumah tangga membuat sushi di rumah. chirashizushi atau temakizushi dapat dibuat dengan bumbu instan ditambah nasi, makanan laut, tamagoyaki dan nori.
sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Sushi
7. TAHU
Tahu adalah makanan yang dibuat dari endapan
perasan biji kedelai yang mengalami koagulasi. Tahu berasal dari Tiongkok,
seperti halnya kecap, tauco, bakpau, dan bakso. Nama "tahu" merupakan
serapan dari bahasa Hokkian (tauhu) (Hanzi: 豆腐,
hanyu pinyin: doufu), yang secara harfiah berarti "kedelai
terfermentasi". Tahu telah dikenal di Tiongkok sejak zaman dinasti Han
sekitar 2200 tahun lalu. Penemunya adalah Liu An (Hanzi: 劉安) yang merupakan seorang
bangsawan, cucu dari Kaisar Han Gaozu, Liu Bang yang mendirikan dinasti Han.
Versi tahu yang dikenal di Jepang adalah tahu sutra (絹漉し豆腐,
kinugoshi tōfu). Tahu sutra lebih lunak dan kurang tahan terhadap pengolahan
lebih lanjut, sehingga biasanya dikonsumsi mentah. Tahu secara umum dibawa para
perantau Cina ke seluruh penjuru dunia sehingga menyebar ke Asia Timur dan Asia
Tenggara, lalu juga akhirnya ke seluruh dunia.sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Tahu
8. SANDWICH
Roti lapis adalah jenis makanan untuk makan siang yang populer, dibawa ke tempat kerja, sekolah, atau piknik untuk dimakan sebagai bagian dari makan siang yang dikemas. Roti bisa berupa roti polos, atau dilapisi dengan bumbu seperti mayones atau mustard, untuk meningkatkan rasa dan teksturnya. Sebagai sebuah hidangan buatan sendiri, roti lapis juga banyak dijual di restoran dan bisa disajikan panas atau dingin. Ada roti lapis gurih, seperti roti lapis daging deli, dan roti lapis manis, seperti roti lapis selai kacang dan jeli.
Nama sandwich diambil dari nama John Montagu, 4th Earl of Sandwich, seorang aristokrat Inggris abad ke-18 yang merupakan penggemar main kartu kelas berat. Earl of Sandwich IV ingin terus bermain kartu tanpa harus berhenti untuk makan, sehingga daging yang dijepit dua potong roti dijadikan makanan praktis yang bisa dimakan dengan sebelah tangan sambil bermain kartu. The Wall Street Journal telah menggambarkannya sebagai "kontribusi terbesar untuk dunia gastronomi di Inggris".
Konsep modern dari roti lapis atau sandwich menggunakan irisan roti seperti yang ditemukan di Barat bisa dibilang dapat ditelusuri ke Eropa pada abad ke-18. Namun, penggunaan semacam roti atau bahan seperti roti untuk diletakkan di bawah (atau di bawah dan di atas) beberapa makanan lain, atau digunakan untuk meraup dan mengisi atau membungkus beberapa jenis makanan lainnya, yang jauh sebelum abad kedelapan belas, dan ditemukan di berbagai budaya yang jauh lebih tua di seluruh dunia.
Salah seorang bijak dari Yahudi kuno, Hillel the Elder, mengatakan telah membungkus daging dari domba Paskah dan rempah-rempah pahit di antara dua potong roti matzah kuno yang rata dan tidak beragi - selama Paskah dengan cara bungkus modern yang dibuat dengan roti lapis datar. Roti datar dengan sedikit variasi telah lama digunakan untuk meraup atau membungkus sejumlah kecil makanan dalam perjalanan dari piring ke mulut di seluruh Asia Barat dan Afrika Utara. Dari Maroko ke Ethiopia hingga India, roti dipanggang di wadah panggangan datar, berbeda dengan tradisi roti Eropa.
Selama Abad Pertengahan di Eropa, lempengan tebal roti kasar dan biasanya basi, disebut "trencher", digunakan sebagai piring. Setelah makan, sisa makanan beserta trencher diumpankan ke seekor anjing atau diberikan untuk pengemis di meja orang kaya, dan dimakan oleh pengunjung dalam keadaan yang lebih sederhana. Prekursor kuliner langsung dengan koneksi langsung ke roti lapis Inggris dapat ditemukan di Belanda pada abad ke-17, di mana John Ray, seorang naturalis mengamati bahwa di kedai minuman anggur tergantung dari kasau "yang mereka potong menjadi irisan tipis dan dimakan dengan roti. Dan mentega yang dioles lalu irisan tadi diletakkan pada olesan mentega"- spesifikasi jelas yang mengungkapkan broodje belegde Belanda, roti lapis terbuka, belum diketahui di Inggris saat itu.
Awalnya dianggap sebagai makanan yang dibagikan para pria saat bermain game dan minum di malam hari, roti lapis perlahan mulai muncul dalam masyarakat sebagai makanan larut malam di kalangan bangsawan. Popularitasnya di Spanyol dan Inggris meningkat secara dramatis selama abad ke-19, ketika bangkitnya masyarakat industri dan kelas pekerja yang bisa membuat makanan cepat, portabel, dan harganya murah. Di London misalnya, setidaknya tujuh puluh pedagang kaki lima menjual roti lapis ham pada tahun 1850; Selama dekade ini bar sandwich (stan khusus untuk menjual roti lapis) juga menjadi bentuk penting budaya makan di Belanda barat, biasanya menyajikan roti lapis daging sapi bergaram
Pada saat bersamaan roti lapis bergaya Eropa akhirnya mulai muncul di luar Eropa. Di Amerika Serikat, roti lapis pertama kali dipromosikan sebagai makanan yang kompleks saat makan malam. Pada awal abad ke-20, saat roti menjadi makanan pokok di Amerika, roti lapis menjadi makanan populer dan popularitas yang terus meningkat seperti yang sudah meluas di Mediterania.
sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Sandwich
9. TEMPE
Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti Rhizopus oligosporus, Rh. oryzae, Rh. stolonifer (kapang roti), atau Rh. arrhizus. Sediaan fermentasi ini secara umum dikenal sebagai "ragi tempe".
Kapang yang tumbuh pada kedelai menghidrolisis senyawa-senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana yang mudah dicerna oleh manusia. Tempe kaya akan serat pangan, kalsium, vitamin B dan zat besi. Berbagai macam kandungan dalam tempe mempunyai nilai obat, seperti antibiotika untuk menyembuhkan infeksi dan antioksidan pencegah penyakit degeneratif.
Secara umum, tempe berwarna putih karena pertumbuhan miselia kapang yang merekatkan biji-biji kedelai sehingga terbentuk tekstur yang memadat. Degradasi komponen-komponen kedelai pada fermentasi membuat tempe memiliki rasa dan aroma khas. Berbeda dengan tahu, tempe terasa agak masam.
Tempe banyak dikonsumsi di Indonesia, tetapi sekarang telah mendunia. Kaum vegetarian di seluruh dunia banyak yang telah menggunakan tempe sebagai pengganti daging. Akibatnya sekarang tempe diproduksi di banyak tempat di dunia, tidak hanya di Indonesia. Berbagai penelitian di sejumlah negara seperti Jerman, Jepang, dan Amerika Serikat. Indonesia juga sekarang berusaha mengembangkan galur (strain) unggul Rhizopus untuk menghasilkan tempe yang lebih cepat, berkualitas, atau memperbaiki kandungan gizi tempe. Beberapa pihak mengkhawatirkan kegiatan ini dapat mengancam keberadaan tempe sebagai bahan pangan milik umum karena galur-galur ragi tempe unggul dapat didaftarkan hak patennya sehingga penggunaannya dilindungi undang-undang (memerlukan lisensi dari pemegang hak paten).
Tidak seperti makanan kedelai tradisional lain yang biasanya berasal dari Cina atau Jepang, tempe berasal dari Indonesia. Tidak jelas kapan pembuatan tempe dimulai. Namun, makanan tradisonal ini sudah dikenal sejak berabad-abad lalu, terutama dalam tatanan budaya makan masyarakat Jawa, khususnya di Yogyakarta dan Surakarta. Dalam bab 3 dan bab 12 manuskrip Serat Centhini dengan seting Jawa abad ke-16 (Serat Centhini sendiri ditulis pada awal abad ke-19) telah ditemukan kata "tempe", misalnya dengan penyebutan nama hidangan jae santen tempe (sejenis masakan tempe dengan santan) dan kadhele tempe srundengan. Hal ini dan catatan sejarah yang tersedia lainnya menunjukkan bahwa mungkin pada mulanya tempe diproduksi dari kedelai hitam, berasal dari masyarakat pedesaan tradisional Jawa—mungkin dikembangkan di daerah Mataram, Jawa Tengah, dan berkembang sebelum abad ke-16.
Kata "tempe" diduga berasal dari bahasa Jawa Kuno. Pada zaman Jawa Kuno terdapat makanan berwarna putih terbuat dari tepung sagu yang disebut tumpi. Tempe segar yang juga berwarna putih terlihat memiliki kesamaan dengan makanan tumpi tersebut.
Selain itu terdapat rujukan mengenai tempe dari tahun 1875 dalam sebuah kamus bahasa Jawa-Belanda. Sumber lain mengatakan bahwa pembuatan tempe diawali semasa era Tanam Paksa di Jawa. Pada saat itu, masyarakat Jawa terpaksa menggunakan hasil pekarangan, seperti singkong, ubi dan kedelai,sebagai sumber pangan. Selain itu, ada pula pendapat yang mengatakan bahwa tempe mungkin diperkenalkan oleh orang-orang Tionghoa yang memproduksi makanan sejenis, yaitu koji1 kedelai yang difermentasikan menggunakan kapang Aspergillus. Selanjutnya, teknik pembuatan tempe menyebar ke seluruh Indonesia, sejalan dengan penyebaran masyarakat Jawa yang bermigrasi ke seluruh penjuru Tanah Air.
Tempe berpotensi untuk digunakan melawan radikal bebas, sehingga dapat menghambat proses penuaan dan mencegah terjadinya penyakit degeneratif (aterosklerosis, jantung koroner, diabetes melitus, kanker, dan lain-lain). Selain itu tempe juga mengandung zat antibakteri penyebab diare, penurun kolesterol darah, pencegah penyakit jantung, hipertensi, dan lain-lain. Komposisi gizi tempe baik kadar protein, lemak, dan karbohidratnya tidak banyak berubah dibandingkan dengan kedelai. Namun, karena adanya enzim pencernaan yang dihasilkan oleh kapang tempe, maka protein, lemak, dan karbohidrat pada tempe menjadi lebih mudah dicerna di dalam tubuh dibandingkan yang terdapat dalam kedelai. Oleh karena itu, tempe sangat baik untuk diberikan kepada segala kelompok umur (dari bayi hingga lansia), sehingga bisa disebut sebagai makanan semua umur.
Dibandingkan dengan kedelai, terjadi beberapa hal yang menguntungkan pada tempe. Secara kimiawi hal ini bisa dilihat dari meningkatnya kadar padatan terlarut, nitrogen terlarut, asam amino bebas, asam lemak bebas, nilai cerna, nilai efisiensi protein, serta skor proteinnya.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa zat gizi tempe lebih mudah dicerna, diserap, dan dimanfaatkan tubuh dibandingkan dengan yang ada dalam kedelai. Ini telah dibuktikan pada bayi dan anak balita penderita gizi buruk dan diare kronis.
Dengan pemberian tempe, pertumbuhan berat badan penderita gizi buruk akan meningkat dan diare menjadi sembuh dalam waktu singkat. Pengolahan kedelai menjadi tempe akan menurunkan kadar raffinosa dan stakiosa, yaitu suatu senyawa penyebab timbulnya gejala flatulensi (kembung perut).
Mutu gizi tempe yang tinggi memungkinkan penambahan tempe untuk meningkatkan mutu serealia dan umbi-umbian. Hidangan makanan sehari-hari yang terdiri dari nasi, jagung, atau tiwul akan meningkat mutu gizinya bila ditambah tempe.
Sepotong tempe goreng (50 gram) sudah cukup untuk meningkatkan mutu gizi 200 g nasi. Bahan makanan campuran beras-tempe, jagung-tempe, gaplek-tempe, dalam perbandingan 7:3, sudah cukup baik untuk diberikan kepada anak balita.
sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Tempe
10. KEBAB
Kebab (kebap, kabab, kebob, kabob, kibob, kebhav, atau kephav) adalah sebutan untuk berbagai hidangan daging panggang/bakar yang ditusuk memakai tusukan atau batang besi. Hidangan ini umum dijumpai dalam masakan Laut Tengah, masakan Kaukasus, masakan Asia Tengah, masakan Asia Selatan, dan masakan beberapa negara Afrika.
Daging yang umum dipakai untuk kebab adalah daging domba dan daging sapi, atau kadang-kadang daging kambing, daging ayam, ikan, atau kerang. Kebab daging babi dikenal dalam masakan Azerbaijan, Bulgaria, Siprus, Yunani, dan negara bagian Goa di India.
Nama kebab berasal dari bahasa Arab: kabab (کباب) yang awalnya berarti daging goreng, bukan daging panggang/bakar. Kata kabab kemungkinan berasal dari bahasa Aram: כבבא kabbābā yang mungkin berasal dari bahasa Akkadia: kabābu yang berarti "bakar, panggang". Pada abad ke-14, kebab menjadi sinonim dengan tabahajah, hidangan berupa potongan daging goreng dalam bahasa Persia. Dalam buku-buku berbahasa Turki, istilah kebab sering dipakai untuk bola-bola daging yang dibuat dari daging ayam atau daging domba cincang.. Istilah kebab baru berarti hidangan daging panggang (shish kebab) sejak zaman Kesultanan Utsmaniyah, namun masih ada istilah lain yang lebih kuno untuk daging panggang, yakni shiwa` (شواء ) asal bahasa Arab. Walaupun demikian, kebab masih dipakai dalam pengertian aslinya dalam berbagai hidangan seperti semur, misalnya tas kebab (kebab dalam mangkuk) dari Turki. Dalam masakan Mesir ada hidangan semur daging sapi dan bawang bombay yang disebut kebab halla.
sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Kebab
Komentar
Posting Komentar